Genre : Romantic
Aku
terus berjalan menuju stasiun.
Tapi
dadaku semakin sakit.
10mmenit
lagi aku akan tiba distasiun, tapi aku sudah merasa ga kuat.
Keringat
mulai jatuh dari wajahku.
Pandanganku
pun mengabur, aku tidak kuat lagi.
Tuhan,
biarkanlah aku bertahan…
Dan…
~EUN
RI END POV~
Aku
sudah tiba disini dari 10 menit yang lalu, tapi eun ri belum muncul jua.
Aku
ingin menghubunginya, dan aku segera membatalkannya, karena aku tahu, dia telah
mematikan hpnya.
Aku
jadi khawatir.
Aku
percaya dia baik-baik saja.
Setengah
jam berlalu…
Aku
semakin khawatir sama dia.
“Oppa,
mianhae. Aku sangat-sangat telat. Tadi omma menyuruhku sarapan dulu, padahal
dia tahu aku akan telat”
Eun
ri berlari kearahku sambil mengucapkan kata-kata itu.
Ah,
syukurlah dia tidak apa-apa.
“Dasar
kau ini ratu telat. Tapi ga papa sh, yang penting kau baik-baik saja.”
“Oppa,
kau meikirkan apa sih? Aku pasti baik-baik saja lah. Hehehe…” Eun ri menjawabku
dengan terenyum lebar.
Tapi
aku melihat wajahnya sedikit pucat. Apa dia kurang enak badan ya?
Eun
ri tetap tersenyum seperti biasanya.
Aku
mengambil tindakan yang tepat untuk mengajaknya pergi, karena itu membuatnya
sangat bahagia.
“Kajja,
kita berangkat sekarang.” Ajakku.
“OK
oppa. Lets go!”
Aku
dan eun ri segera menghampiri motorku, dan kami segera berangkat.
-
lokasi cotage –
Akhirnya
kami sampai juga di lokasi.
Ah,
udara yang sangat sejuk.
Dimana-mana
hanya terlihat pepohonan dan gunung.
“Wuuuaaahhh,
oppa, indah banget. Aku sangat suka tempat ini. Apa itu tempat kita menginap?”
Eun
ri sangat mengagumi pemandangan disini.
“Iya,
itu cottage kita. Bagaimana? Tidak menyesalkan dengan ajakkanku. Oia, amsih ada
yang ingin aku tunjukkan padamu nanti. Lebih baik kita masuk dulu dan taruh
barang-barang dulu.”
“Ne
oppa.”
Kami
segera masuk dan membereskan barang-barang kami.
Ada
dua buah tempat tidur disini.
Pas
untuk ku dan eun ri.
Aku
melihat eun ri telah guling-gulingan di atas tempat tidur seperti anak kecil
saja.
Aku
Cuma bisa senyum-senyum melihat tingkahnya.
Tapi,
wajahnya sedikit pucat.
“Eun
ri ah, gwenchana yo? Mukamu agak pucat begitu.”
“Gwenchana
oppa. Tenang aja. Hehehe… Oppa, ayo kita bermain diluar.”
Eun
ri bilang ia tidak apa-apa, dan memang tingkahnya juga seperti itu.
Mudah-mudahan
memang benar tidak apa-apa.
Aku
mengajak eun ri berkeliling bersepeda.
Kami
menyewa sepeda dari tempat penyewaan yang ada di sekitar cottage kami.
“Oppa,
senang sekali rasanya bisa ada disini. Daebak… “
“Ne,
aku tidak sengaja menemukan tempat ini waktu aku berpergian saat kita break
kemarin. Aku berniat mengajakmu, eh malah aku mendengar kejadian itu menimpamu.
Mianhae eun ri ah. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi.”
Aku
benar-benar merasa bersalah dan menyesal kalau mengingat kejadian itu.
“Gwenchana oppa. Itu udah berlalu. Walau pun aku tidak ada nanti, aku tetap
selalu ada dihatimu ko. Hehehe… aku kan no.1 di hatimu.”
Eun
ri mengucapkan kata-kata yang seakan-akan ia akan pergi jauh.
Aku
agak merasa gusar.
“Ah,
kau ini. Kau tidak akan pernah pergi dari sisiku. Kau memang no.1 di hatiku.”
Setelah
cape bersepeda kamipun kembali ke cottage, dan mandi sore.
Yup,
nanti malam niatnya ku akan barbeque an dengan eun ri.
Aku
membawa bahan-bahannya.
“Oppa,
aku bantu kau ya untuk menyiapkan bahan-bahan barbeque nya.”
Eun
ri menawarkan diri setelah ia selesai mandi.
“memang
nya kau bisa? Aku takut keracunan nanti. Ahahhaa…” candaku, muka eun ri
langsung cemberu.
“Oppa,
aku bisa kalau hanya melakukan ini saja. Huh…” eun ri masih cemberut.
“Hahaha…
Aku hanya bercanda ko. Jangan marah ya sayang. Ayo kita siapkan bahan-bahannya
sama-sama.” Ucapku agar eun ri tidak cemberut lagi, dan akupun mencium
keningnya.
“Hehehe…
Oppa, aku jadi malu.”
Kulihat
wajah eun ri memerah.
Manisnya
wajah pemalunya itu. Aku semakin tidak ingin melepaskannya dari sisiku.
Malam
itu sangat menyenangkan bagiku dan eun ri. Pemandangannya sangat indah.
“
Eun ri ah, bisa kau pejamkan matamu sebentar?” aku memintanya untuk memejamkan
mata.
Aku
ingin memberikan kejutan untuknya.
“
Waeyo oppa?”
“Aish,
sudah pejamkan saja matamu sebentar.”
“Nde
oppa.”
Aku
segera mengeluarkan sebuah kalung untuknya. Dan ku pakainkan kalung itu ke
lehernya.
“
Bukalah matamu sekarang.”
“Wuah,
oppa, cantik sekali kalung ini.”
“
Kau menyukainya?”
“Nde
oppa.”
Mata
eun ri berbinar-binar memandang kalung itu. Aku benar-benar bahagia melihat ha
itu.
Aku
mendesain khusus kalung itu untuknya. Dan aku juga memiliki pasangan dari
bandul kalung itu.
“
Lihat, ini pasangan dari bandul itu. Anggap saja kalung ini sebagai tanda bahwa
kau milikku dan aku milikmu. Suatu saat nanti aku akan menggantinya dengan
sebuah cincin yang akan mengikat kita untuk selamanyaa.”
Aku
melhat air mata mulai jatuh ke pipi eun ri.
“
Ya, kau baik-baik saja? Kau sakit lagi?” aku sanga panic. Apa dia sakit lagi?
“Anio
oppa. Aku baik-baik saja. Aku sangat bahagia oppa dengan pernyataanmu itu.
Gomawoyo.”
“
Ah, aku kira kau sakit lagi.” Dengan segera aku memeluk dirinya. Aku cium
lembut bibirna. Terasa kengahatan tubuhnya di badanku ini.
Aku
benar-benar menyayanginya.
“
Eun ri ah, saranghae.”
“Nado
saranghae oppa.”
Kami
melewati liburan kami dengan sangat bahagia, dan sekarang sudah waktunya kami
mengakhiri liburan ini. Aku tidak ingin ini semua berakhir.
Aku
putuskan, pulang nanti aku akan segera mencari kerja sampingan, agar aku bisa
dengan segera membeli cincin untuk eun rid an melamarnya.
- Stasiun –
“
Oppa, aku turun disini saja ya. Kebetulan aku ingin bertemu denan ri rin dan
yuri. Kami janjian ketemu di kafe seberang sana.”
“
Kau tidak langsug pulang? Nanti kau capek. Aku juga ikut ya.”
Aku
tidak habis pikir, kenapa dia menerima permintaan teman-temannya untuk brtemu,
padahal kan dia baru pulang.
“
Ani oppa. Aku tidak capek ko. Oppa pulang saja ya. Aku juga tidak akan lama.
Mereka akan ikut ke rumahku.”
“
Ah, ne. kau jaga diri ya. Aku pulang dulu.”
Aku
terpaksa mengalah padanya.
“
Oppa..” panggil eun ri saat aku akan mengenakan helm ku.
“
Ne?”
Aku
merasakan sentuhan dibibirku. Eun ri mencium ku. Ini sangat aneh, eun ri tidak
pernah melakukan hal ini didepan umum, dan tidak akan mau.
“
Gomawo yo oppa. Saranghae, yongwonhi saranhae!”
“
Nado saranghae, yongwonhi.” Kataku.
Dengan
senyumannya dia mengantarkan kepergianku.
- Apartemen Kyuhyun –
“
Ya! Kau! Namja babbo! Dari mana saja kau?!!? Kenapa kau matikan HP mu?” teriak
seseorang.
Ah,
itu donghae. Tapi kenapa dia tampak marah kepadaku?
“
Ah, kau donghae. Kemana katamu? Aku kan pergi liburan. Aku kan sudah bilang
padamu. Lagian eun ri yang memintaku mematikan HP agar tidak ada yang
mengganggu.”
“
Mwo? Eun ri? Ga mungkin! Kau pergi dengan siapa?!?” Donghae masih menanyaiku
dengan nada marah. Apa dia itu bodoh? Sudah pasti dengan eun ri. Aku kan pernah
cerita.
“
Kau kenapa sih marah- marah seperti itu? Udah pastikan kan aku pergi dengan eun
ri. Kau lupa ya?”
Aku
melihat tubuh donghae bergetar, dia seperti menahan tangis.
“
Eun ri? Kau pasti bohongkan? Eun ri… Dia… dia… “
***
Hari
ini aku kembali kesini, ketempat kau berada.
Ya,
ini rumah eun ri sekarang.
Mungkin
hanya sebuah gundukan tanah dimata orang, tapi bagi eun ri, ini rumah barunya.
Sudah
satu tahun lalu ia berada disini.
Aku
sangat shock dengan semuanya, benar-benar tidak percaya.
- FLASHBACK –
Setibanya
aku di apartemen aku mendengar donghae marah-marah padaku. Aku sungguh tidak
mengerti. Dia kan tahu aku pergi dengan eun ri.
“
Kau kenapa sih marah- marah seperti itu? Udah pastikan kan aku pergi dengan eun
ri. Kau lupa ya?”
Aku
melihat tubuh donghae bergetar, dia seperti menahan tangis.
“
Eun ri? Kau pasti bohongkan? Eun ri… Dia… dia… “
“
Eun ri kenapa? Cepat katakana donghae! Ada apa dengan eun ri?”
“
Dia sudah tidak ada.” Tangis donghae pecah seketika.
“Mwo?
Apa kau bialng? Kau pasti bohong kan? Sudah 4 hari ini eun ri bersamaku.
Berlibur bersamaku!” aku tidak percaya dengan semua omongan donghae.
“
Kyuhyun ah, saat eun ri menuju stasiun, panyakitnya kambuh. Dia segera
dilarikan ke rumah sakit. Tapi…”
“Kau,
kau bohong lee donghae ah. Kau membohongiku!” dengan segera aku berlari dan
meninggalkan tasku dan donghae di depan apartemenku.
Aku
segera menuju ke rumah eun ri.
Aku
melihat beberapa orang keluar dari rumahnya. Ada sahabt-sahabat eun ri juga.
Bukankah
mereka janjian di kafe depan stasiun?
Aku
segera berlari masuk tanpa memperdulikan semua orang memandangku.
“
Dimana eun ri? Dimana dia?” teriakku kepada yuri yang berada didalam.
“Kyuhyun,
tenanglah. Aku tahu kau sangat terpukul. Tapi tenanglah.”
Kulihat
orang tua sedang menangis.
“
Bukankah kalian berdua sedang berada di kafe bersama eun ri? Dimana dia?” aku
semakin kehilangan control emosiku.
“
Kyuhyun ah, terimalah semuanya. Walau ini sangat menyakiti hatimu dan hati
kami.” Siwon hyung mncoba menenangkanku.
Aku melihat sebuah bunga di letakkan didepan
foto eun ri.
“
Enggak mungkin, enggak mungkin. Kemarin dia bersamaku. Berlibur denganku. Ini
pasti ilusi.”
“Kyuhyun
ah, eun ri menghembuskan nafasnya 3 hari yang lalu. Dan kami sangat panic saat
tidak bisa menghubungimu.” Siwon hyung menjelaskan semua yang terjadi padaku
dengan suara parau.
“
Semua pasti bohong!”
“
Kyuhyun ah, ini untuk mu. Ini dari eun ri. Ia selalu menggenggam ini saat
dirumah sakit, dan memintaku untuk memberikan ini kepadamu.” Ri rin memberikan
sesuatu kepadaku sambil menangis.
Ini….
Ini… kalung yang kuberikan kepadanya saat liburan bersama.
Bgaimana
mungkin?
Aku
tidak kuat lagu, aku menangis sekncang mungkin disitu. Seharusnya aku menyadari
ada yang aneh dengan eun ri.
Aku
menyesal.
“
Eun… Eun ri ah… please don’t leave me. Please…!”
- FLASBACK END –
Aku
selalu kesini, mengunjunginya selama setahun ini. Kembali mengenang eun ri yang
selalu hidup dihatiku.
Dengan
sangat menyesal, aku pernah menyakitinya.
Yang
bisa kulakukan sekarang aku hanya melihat tempat peristirahatan terakhirnya.
Mengenang
kenangan kami berdua, dan membaca pesan terakhirnya untkku didalam buku
diarynya.
Oppa, mianhae, jeongmal mianha kalu
selama ini aku berbohong kepadamu.
Aku tidak ingin membuatmu khawatir
dengan penyakitku ini.
Sepertinya aku akan meninggalkanmu.
Sebelum itu terjadi, aku akan
membuatmu merasa aku ini terbaik bagimu.
Aku sangat menyayangimu oppa,
melebihi apapun.
Oppa, gomawo, kau selalu ada
disisiku saat aku memerlukanmu.
Kau menganggapku berarti walau
orang tuaku menganggapku seperti angin.
Oppa, gomawo untuk semua kebahagian
yang kau berikan kepadamu.
Oppa, jangan pernah menangis karena
ku tidak disisimu.
Akau harap kau bahagia selalu oppa,
walau tanpakuku disisimu.
Tapi aku akan selalu ada dihatimu
oppa.
Oppa, jeongmal gomawo.
Saranghae oppa.
Eun
ri, yongwonhi saranghae! Kau akan selalu dihatiku.