Cast :
Me as Choi Eun ri
My sist as Choi Eun Hee
Kim Jaejoong as Kim Jaejoong
Kim Junsu as Jaejoong's dongsaeng
Selamat membaca semuanya, mohon dikomen ya...>.<
Ah, akhirnya aku pulang juga, aku segera berlari
kekamarku, dan…
Kau tahu, aku
melihat seorang namja sedang duduk ditempat tidurku, sambil memandang
kearah luar jendela.
Astaga, siapa dia?
“ Neo, nuguseyo?”
Kulihat namja itu kaget melihatku yang berada
dibelakangnya dan menyapanya.
“ A, ne. annyeong. Jeo neun Jeong kim jaejoong
imnida.”
“ Sedang apa kau berada dikamarku? Seenaknya saja
masuk kekamar orang lain sembarangan.”
“ Mianhamnida. Aku tidak bermaksud. Aku hanya merasa
bosan dikamar, saat melihat kerumah samping, aku menemukan kamarku tidak
terkunci. Aku hanya ingin membaca komik-komikmu saja.”
“ Mwo? Ya! Tetap saja kau salah. Dan kau bilang
kamar ini tidak terkunci?” dengan segera aku melihat keadaan kunci kamarku.
Aigoo, kamarku benar-benar tidak terkunci.
“ Hmmm… Kau dari rumah sebelah? Kau melompat
kekamarku ini?”
“ Ne, tidak terlalu jauhkan? Lagian kakiku ini
panjang.” Cih, dia malah menyombongkan diri.
“ Lain kali kalau main, lewat pintu depan. Aku belum
mengenalmu, jadi tidak sopan bertamu kekamar orang dengan diam-diam. Kalau kau
mau jahat bagaimana? Bisa sial nasibku.”
“Hahahaha… Tenang saja, aku tidak jahat. Keluargaku
baru disini, jadi aku masih canggung dengan orang sekitar. Dan kebetulan
kamarmu menarik hatiku.” Jaejoong hanya tersenyum menjelaskan semuanya.
Omo, benar-benar cute. Dadaku sekarang mulai
berdebar-debar.
Aku berusaha menenangkan diriku.
“ Namamu siapa? Sekali lagi mianhae kalau kau tidak
suka dengan kelancanganku ini.” Jaejoong siap-siap akan keluar dari kamarku.
“ Anio, it’s ok. Jeo neun choi eun ri imnida. Aku
harap kita bisa ngobrol lagi. Hehehehe…” Ya, eun ri babbo ya! Kenapa malah
menawarkan lagi.
“ Ok, aku akan main-main ke kamarmu lagi. Annyeong.”
Jaejoong segera keluar dari kamarku. Aku mengejarnya, tapi hasilnya nihil.
Cepat sekali dia itu. Hantu apa manusia sih, masa baru beberapa detik saja
sudah hilang.
-------------------------------------------------------------
Hampir setiap hari jaejoong datang kekamarku, dan
aku pun tidak pernah mengunci kamarku. Aku menjadi selalu berharap dengan
kedatangannya.
“ Jaejoong ah… Kau tidak dicari oleh keluargamu? Dan
kau tidak kuliah? Sepertinya kau lebih tua dariku.”
“ Ani, aku sudah besar, buat apa dicariin? Aku
sedang libur kuliah. Dan ya, aku memang lebih tua darimu, mungkin 2 tahun, jadi
panggil aku dengan oppa. Ok.”
Hah, nyantai sekali dia, tidak seperti aku yang
harus selalu ijin ke orang tuaku kalau ingin kemana-mana. Apa orang tua nya
sibuk bekerja ya? Padahal sudah hamper dua minggu dia selalu kekamarku.
“ Wuah, enak sekali kau oppa, sedangkan aku harus
selalu ijin walau pun hanya untuk kewarung saja.”
“ Hahahaha… Wajar saja, kamu itu kan yeoja,
sedangkan aku namja. Lagian tidak jadi masalah kok aku kemanapun sekarang,
karena orang tuaku tidak akan tahu.” Wajah jaejoong oppa terlihat sedih. Apa
dia memiliki masalah dengan orang tuanya?
“ Oppa, kenapa setiap kali kamu pergi dengan
cepatnya kamu menghilang? Kamu manusiakan oppa? Bukan hantu.” Akhirnya aku
menanyakannya juga. Kebingunganku yang selama ini tentang dirinya yang dengan
cepat menghilang tiba-tiba.
“ Hahahaha… Kamu aneh-aneh saja. Tapi, kalau aku
bilang aku hantu, apa kau percaya?”
“ Masa hantu muncul siang-siang juga oppa. Memangnya
kau casper? Hihihi…”
Jaejoong oppa hanya tertawa mendengar ucapanku.
Seperti ini lah tingkah kami. Setiap hari sealu bercanda dan membaca komik
dirak komikku.
---------------------------------------------------------
Sudah sebulan lebih semuanya berlalu, tapi kenapa
beberapa ini jaejoong oppa tidak datang-datang?
Oppa, kemana kamu? Aku kangen…
Oppa, kemana kamu? Aku kangen…
Aku memutuskan untuk mengunjungi rumahnya, dan
berharap dapat bertemu dengannya.
Ting tong… ting tong…
“ Annyeong ahjuma.”
“ Ne, annyeong. Nuguseyo?” Tanya ahjumma itu
bingung. Aku rasa dia ommanya jaejoong oppa.
“ Saya ingin bertemu dengan jaejoong oppa omma. Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya.
Bisakan aku bertemu dengannya?”
Aku melihat muka ahjumma itu sangat kebingungan.
“ Maaf, sepertinya kau salah nak. Jaejoong sudah dua
bulan ini tidak berada dirumah.”
“ Mwo? Tapi sudah sebulan terakhir ini aku bermain
dengannya ahjuma. Aku mohon, panggilkan dia.”
“ Tapi saya tidak bohong. Kau kembalilah
kapan-kapan, disaat jaejoong kembali.” Dengan segera ahjumma menutup pintunya.
Sekilas kulihat muka ahjumma sangat sedih.
Ada apa sebenarnya? Kenapa dia bilang oppa tidak ada
dirumah?
Hah, aku tidak bisa tidur lagi, sudah jam 2.30 pagi.
Tok… Tok… Tok…
Aigoo, siapa yang mengetuk-ngetuk pintuku?
Aku hanya menelan ludah saja. Aku benar-benar tidak
benrani menengok kearah pintu berandaku. Aku mematung sejenak.
Kraaakkk…
Pintuku dibuka oleh seseorang, aku mulai bergetar
karena takut.
Aku mulai menunduk…
‘Aaaaa…’ teriakku dalam hati saat ada sebuah tangan melingkar
dileherku.
Aku memberanikan diri menengok kebelakang.
“ Wae? Kau ketakutan eun ri ah??? Hahahaha…”
Aku melihat jaejoong oppa sedang tertawa
terhak-bahak.
Aish, dia ini, kenapa mencoba menakuti ku begini?
“ Ya! Oppa! Kau, kenapa malam-malam kekamarku? Kau
membuatku takut. Kalau aku mati karena serangan jantung bagaimana???” aku terus
marah-marah kepadanya.
“ Tenang eun ri ah, aku hanya kangen padamu. Maaf
kalau aku datang malam hari begini. Kemarin aku sibuk.”
Deg, dadaku mulai berdetak kencang saat mendengar
kata kangen keluar dari mulutnya.
Aku merasa kalau saat ini wajahku sudah memerah.
“ Oppa, kau kemarin kemana saja? Aku datang
kerumahmu, dan ommamu bilang kalau kan tidak ada dirumah selama dua bulan ini.
Kenapa dia berbohong?”
“Ah, sudahlah lupakan saja omongan omma. Hehehe… Apa
kau merindukanku?”
“ Ya, oppa, berhentilah bercanda. Aku tidak rindu
padamu. Memangnnya kau siapa? Wekks.” Aku membohonginnya. Sebenarnya aku sangat
merindukannya. Aku sangat merindukanmu oppa.
Tiba-tiba jaejoong oppa menarik wajahku mendekati
wajahnya.
Aku tersentak kaget, kurasakan bibirnya menyentuh
lembut bibirku.
Dia menciumku, tapi kenapa terasa dingin? Begitu
dingin.
“ Eun ri ah, mungkin aku tidak akan kesini lagi. Dan
mungkin kau tidak akan melihatku lagi, entah untuk waktu yang singkat atau pun
selamanya.” Dia melepaskan ciumannya dan berbicara dengan kacau.
“ Oppa, waeyo? Kau mau pergi? Oppa, jangan pergi,
aku mohon.” Tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja.
“ Eun ri ah, uljima. Saranghae eun ri ah. Tapi aku
harus pergi. Mianhae.” Dia menciumku lagi. Dan dia menghilang.
“ Oppa, jangan oppa. Oppa…” aku terus menangis
sambil memanggilnya.
To Be Continue...
0 comments:
Post a Comment