Appa, oppa, aku
benar-benar sayang kalian. Aku ingin seperti anak lain yang bisa bercanda
dengan keluarga mereka. Aku sangat berharap kalian bisa memperhatikan aku
selayaknya keluarga kalian, bukan seperti orang yang menumpang pada kalian.
=== Sekolah ===
--- Kyuhyun POV
---
Sudah dua bulan sejak kejadian
ditoko buku itu, aku jarang sekali melhat eun ri di sekolah. Lebih tepatnya eun
ri menghindariku. Apa aku berbuat salah ya? Sepertinya tidak.
Siwon juga
Nampak tidak perduli dengan eun ri, atau tdak mau perduli. Ada apa sebenarnya
sama mereka? Aneh.
“ Ya! CHOI
KYUHYUN! Mau sampai kapan kau bengong?” siwon berteriak ditelingaku. Dia
mencoba membangunkanku dari lamunanku.
“ Hehehe… Mian,
aku lagi asik berfikir aja. Mau berangkat sekarang?”
Aku dan siwon akan kerumahnya.
Kami akan mengerjakan tugas kelompok yang benar-benar merepotkan. Fiuh, coba
aku dapat melihat eun ri, paasti rasa bosan ku bisa sedikit hilang. Ya, aku
menyukainya. Entahlah sejak kapan. Saat bertabrakan dengannya? Melihat dia
dikoridor sekolah? Saat bertemu dikantin sekolah? Saat megobrol di took buku
waktu itu? Aku tidak tahu sejak kapan pastinya, tapi perasaanku benar-benar
tertuju padanya.
Aku akan
menceritakan ini kepada siwon, semoga dia punya solusi untuk mengatasinya.
=== Rumah
keluarga choi ===
“ Wah, besar
juga rumah mu. Tidak capek kau membersihkan rumah ini hanya berdua dengan
ayahmu?”
Akhirnya kami
sampai juga di rumah nya siwon.
“ Hahaha… Kau
bercanda ya?? Bisa masuk RS aku membersihkannya berdua dengan appa saja setap
hari. Kami menyewa seorang pelayan. Dia yang melakukannya. Lagian, rumahmu juga
besar, jangan lah merendah begitu.”
“Hahaha… itu
rumah appa dan eomma ku, bukan rumahku. Sudahlah, kita masuk yuk, haus nih.
Hehe… “
“ Ne, kajja. Kau
sepertina kena dehidrasi.”
“ Hahahahaha…”
Kami tertawa
bersamaan, benar-benar aneh.
Ah, benar-benar panas, butuh yang
dingin-dingin nih. Mana si siwon? Katanya mau ambilin minuman untukku, kenapa
ganti baju aja lama banget? Cih, bikin tambah panas.
Seandainya ada
eun ri disini, pasti terasa sejuk. Hehehe ngawur banget pikiranku.
Ahhh… aku
melihatnya, choi eun ri. Dia disini?
Sepertinya
mataku salah, bagaimana mungkin dia berada disini? Mengenal siwon pun tidak.
Ini pengaruh
panas atau pengaruh aku merindukan sosoknya?
“Yaa! Kau
kenapa? Berdiri begitu? Ini minumanmu.” Siwon menyerahkan segelas minuman
dingin kepadaku.
Aku tidak akan
mengatakan tentang hal tadi pada siwon, ia pasti menertawaiku.
--- Kyuhyun End
POV ---
Tok… Tok… Tok…
Apa aku salah
dengar? Pintu kamarku ada yang mengetuk nya.
Aku segera
membukakannya, ternyata siwon oppa yang ada didepan pintu.
“Waeyo oppa?”
tanyaku dengan tampang yang sangat bingung.
Ini sangat aneh,
siwon oppa mendatangi kamarku?
“ Bisa kah kau
pergi dari sini? Lewat pintu belakang. Kyuhyun ada disini, dan aku tidak ingin
dia melihatmu dan sampai mengetahui bahwa kau adikku.”
“ Ah, ne oppa.
Aku akan pergi sekarang. Tapi, aku bingung mau kemana.” Aku benar-benar bingung
akan kemana. Nanhee pasti tidak bisa keluar bersamaku sekarang, dia pergi
dengan orang tuanya.
“ Ini, kartu
kreditku, kau pakailah. Dan pergi dari sini.”
“ Ani oppa, aku
punya uang.”
“ Sudahlah,
pakai saja it.” Oppa meninggikan suaranya. Ia kesal padaku.
“ Ne oppa.”
Dengan segera aku mengambil tasku dan berjalan keluar dari kamar.
Dengan mengendap-endap aku menuju
pintu belakang. Tapi aku tidak bisa membuang keinginanku untuk melihat kyuhyn
oppa. Aku mengintipnya dari halaman samping. Ia sedang bengong disana, sepertinya
kepanasan.
Anpa sengaja, oppa melihatku. Dia
terkejut dan berdiri “Hah!” teriaknya.
Dengan segera
aku melarikan diri dari situ. Aku harap oppa tidak menyadarinya kalau itu aku.
Malang sekali nasibku, dirumah
sendiri aku harus mengndap-endap seperti maling. Entahlah harus sampai kapan
aku melakukan hal-hal seperti ini. Terhadap tamu oppa dan appa. Aku capek.
=== Sekolah ===
“ Pagi eun ri,
apakah kau siap dengan ujian hari ini? Eothokke??? Aku belum belajar nih.
Aaaahhhh… Aku pusing memikirkannya.” Nanhee menyapaku dari depan pintu kelas.
Dia sangat panic dengan ujian hari ini.
“ Pagi nanhee.
Aku? Biasa saja. Aku sudah belajar semalam. Hehehe…”
“ Eun ri ah,
bantu aku ya nanti. Kau kasih liat ke aku jawabannya.”
“Hmmm… aku
pikirkan dulu.”
“ Ya! Eun ri,
kau pelit sekali. Kau mau melihat temanmu ini enggak naik kelas ya?”
“ Hahahha…
Tenang saja, aku pasti kasih kau liat. Enggak mungkin aku tega padamu. Hahaha…”
aku benar-benar senang melihat muka tegang teman satu-satuku ini. Bagaimana
mungkin aku tega sama dia sampai harus melihatnya tidak naik kelas.
Teeetttt…
Teeeetttt…
Bel masuk
berbunyi, dengan segera kami masuk ke kelas. Seongsengnim segera membagikan
kertas ujian. Aku tidak lupa memberikan contekan untuk nanhee, tentunya tanpa
sepengetahuan seongengnim.
Tanpa terasa ujian telah kelar 2
minggu lalu. Hari ini pembagian rapor. Seperti biasa aku mendapatkan nilai yang
lumayan baus untuk raporku. Lumayan bisa aku banggakan untuk orang tuaky. Walau
nyatanya aku hanya memperlihatkan rapor2 ku kepada eomma di atas sana.
“Eun ri ah,
bagaimana rapormu? Aku lumayan bagus loh.”
“ Ah, aku juga
ko. Nanhee, berterima kasihlah padaku. Nilaimu baguskan karena aku. Heehe”
“ Ne…Ne, aku
tahu. Terima kasih eun ri ya… hehehe… “
Kami tertawa bersama…
Saatnya untuk liburan. Tapi,
nampaknya percuma. Aku tidak akan kemana-mana.
Malangnya nasibku.Continue...